بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
السلام عليكم dan Selamat Sejahtera
Pulang kampung ke 9 maksudnya sejak penulis menjadi perantau dan tinggal diperantauan Provinsi Lampung, penulis melakukan perjalanan pulang kampung ke desa Jiwa Baru di Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan, pada kesempatan ini merupakan yang ke sembilan.
Saat ini penulis berdomisili di Jalan Pangeran Antasari Nomor : 38 Tanjungkarang timur Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung. Misi pulang kampung ke sembilan ini adalah mengurusi tanah untuk dijadikan lokasi Pesantren Almukhlishin.
Catatan perjalanan ini merupakan sekelumit cerita, penulis melakukan aktivitas selama melakukan perjalanan pulang kampung pada tahun 2010.
Hari Sabtu 7 Agustus 2010, berangkat pulang kampung.
Stasiun Tanjungkarang merupakan pintu gerbang menuju pulang kampung. Tepat pukul 08.00 WIB rombongan kami yang terdiri dari : Kakak Madkhalur Rozzak, Penulis, Kakak perempuan, Anak tertua dan Anak menantu penulis menuju Stasiun Tanjungkarang. Kami berlima berangkat naik Kereta Api kelas Bisnis, penumpang cukup ramai. Saat ini kenyamanan naik Kereta Api tidak ada lagi, hal ini dikarenakan setiap Stasiun Kereta Api berhenti. Walaupun tempat duduk sudah tidak ada lagi, calon penumpang masih saja dipersilakan untuk membeli tiket.
Ditengah perjalanan kami berlima makan siang, nasi bungkus yang kami bawa dari rumah. Dengan di iringi suara roda Kereta Api ditimpalan goyangan gerbong kekanan kekiri, santapan siang tanpa terasa sudah selesai. Penulis perkirakan untuk menghabiskan satu buah nasi bungkus jarak yang ditempuh Kereta Api lebih kurang 2 kilo meter.
Tatkala waktu maghrib telah tiba, kami berlima menginjakkan kaki di Stasiun Pagar Gunung Kecamatan Lubai. Sangkut dan Arios anak dari Paman Sukardin telah menunggu sejak pukul 16.00 WIB. Dengan digonceng bersepeda motor oleh salah seorang pemuda dari desa Pagar Gunung penulis menuju ke Desa Jiwa Baru. Pukul 19.30 WIB, kami sampai dirumah Paman Sukardin. Kampung halamanku, kami kembali menghampirimu, oleh karena itu berilah kebaikkan kepada kami selama kami berada disini...
Hari Minggu 8 Agustus 2010, meninjau lokasi tempat Pesantren.
Walaupun sesungguhnya badan masih terasa capek dan penat dikarenakan kurang tidur. pukul 08.30 WIB kami berlima pergi tanah untuk dijadikan lokasi Pembangunan Pesantren Almukhlishin. Lokasi tanah tersebut terletak didekat Sungai Muara Bening, Lebak Lubai desa Jiwa Baru Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.
Gambar ini diabadikan dipinggir sungai Lubai dekat Muara Bening, desa Jiwa Baru. Tanah ini direncanakan lokasi berdirinya Pesantren Al Mukhlishin....
Kami berlima bergotong royong membersihkan kayu kecil yang ada disekitar lokasi yang akan didirikan Pondok Pesantren Al Mulkhlishin. Tepat pukul, 11.30 WIB kami beristirahat dan penulis memimpin pembacaan doa kepada Allah SWT agar dilokasi yang kami bersihkan ini diridhoi untuk dijadikan tempat menuntut ilmu agama.
Tujuan Pembangunan Pondok Pesantren Almukhlishin adalah untuk mengembangkan kreatifitas anak di Kecamatan Lubai dalam Pendidikan Agama Islam agar tumbuh berkembang menjadi nilai Spiritual yang handal disekitarnya. Ikut membina generasi bangsa terutama dalam memperoleh Pengetahuan Ilmu Agama Islam sebagai modal hidupnya dimasa mendatang.
Fasilitas yang akan dibangun adalah sarana Peribadatan yang sekaligus Pusat Kegiatan para Santri, Bangunan Pondok Pesantren Al Muklishin terdiri dari : ruang kelas yang merupakan sarana kegiatan belajar atau mengajar, Asrama Putra dan Putri sebagai tempat muqim para santri sekaligus untuk menunjang ketertiban belajar dan mengajar, Kantor Sekretariat, Perumahan Ustadz dan Ustadzah, Dapur Umum (DPU) dan Klinik Kesehatan.
Hari Senin 9 Agustus 2010, Gotong royong
Dipagi yang tepat pukul 08.30 WIB kami ber-empat pergi tanah untuk dijadikan lokasi Pembangunan Pesantren Almukhlishin. Lokasi tanah tersebut terletak didekat Sungai Muara Bening, Lebak Lubai desa Jiwa Baru Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.
Kami berempat melanjutkan bergotong royong membersihkan kayu kecil yang ada disekitar lokasi yang akan didirikan Pondok Pesantren Al Mulkhlishin. Tepat pukul, 12.00 WIB kami beristirahat. Hari ini terjadi musibah kecil yaitu Diki Bagus Saputra disengat Tawon, sehingga badannya panas dingin.
Hari Selasa 10 Agustus 2010, pergi ke Dataran Bukit Jehing
Dengan menggunakan sepeda motor, pukul 10.00 WIB kami pergi ke Dataran Bukit Jehing suatu kawasan pertanian kebun Karet terletak di desa Jiwa Baru Kecamatan Lubai. Di kawasan ini memang tepat dinamakan Bukit dikarenakan permukaan tanah disini lebih tinggi dari permukaan tanah di sekelilingnya.
Apabila penulis kesini maka kenangan masa lalu seakan menjelma kembali. Masih terlintas ingatan penulis pada tahun 1970 tatkala Ayahanda mengajak penulis mengelilingi areal kebun Serai Wangi. Daun-daun Serai Wangi yang menghijau ditiup angin sepoi-sepoi, sungguh nyaman dipandang. Hamparan tanaman Serai Wangi itu, sangat jelas diperhatikan dari atas bukit. Penulis saat itu memetik buah Keremunting yang sudah matang, rasanya manis sekali.
Kini pemandangan itu sudah berubah menjadi pohon Karet, milik siapa kami tak tahu jelas. Berdasarkan amanah dari kedua orang tua kami bahwa tanah mereka tidak ikhlas dirampas hak penggunaannya, maka kami kakak beradik sepakat tidak mengikhlas pengalihan fungsi dan hak guna tanah warisan ini. Segala tanam tumbuh yang berada diatas, kami ilegal. Dikarenakan kami belum mengikhlaskan pengalihan hak ini, segala sesuatu yang berhubungan dengan perubahan status ini apapun dalihnya, apapun kenyataannya maka kami menyerahkan permasalahan ini sepenuhnya kepada Allah Subahanahu wa ta'la.
Hari Rabu 11 Agustus 2010,pergi ke Sungai Sokhdian
Video ini merupakan rekaman saat pergi ke lokasi Sungai Sokhdian suatu kawasan tempat mencari ikan dan lahan pertanian yang dikuasai sejak zaman nenek moyang penulis. Di kawasan terlihat hamparan hutan kecil yang dialiran sebuah kecil yaitu Sungai Sokhdian. Kami meninjau kawasan ini sejak pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Rombongan kami terdiri dari : Paman Sukardin bin Wakif, Ayuk Nur Asmara, Kakak Ridwan, Penulis, Arios, Ferdy.
Hari Kamis 12 Agustus 2010, memetik buah Sawo
Sawo manila (Manilkara zapota) adalah pohon buah yang berumur panjang. Dalam bahasa Lubai Sawe Menile. Keluarga penulis memiliki sebatang pohon Sawo Manila yang terletak dijalan mandi masyarakat Jiwa Baru. Pohon Sawo ini sangat lebat buahnya dan hampir sepanjang masa berbuah. Pada kesempatan pulang hari ke 5 kami memetik buah Sawo Manila untuk dijadikan oleh-oleh kembali ke kota Bandar Lampung.
Gambar ini diabadikan saat Ayuk Nur Asmara sedang naik pohon sawo hendak memetik buahnya
Hari Jum'at 13 Agustus 2010, Istirahat
Untuk menjaga kebugaran tubuh menjelang kembali ke kota Bandar Lampung, hari ini kami istirahat dirumah Paman Sukardin bin Wakif. Tepat pukul 11.55 WIB penulis berangkat ke Masjid untuk melaksanakan Sholat Fardu Jum'at. Bertindak sebagai Khotib yaitu Yonadi bin Bakri seorang teman sewaktu penulis masih kanak-kanak yang merupakan teman main orkesan di desa Jiwa Baru Kecamatan Lubai. Paman Taswir bin Wahid dipercaya untuk menjadi iman Sholat Jum'at. Selesai sholat Jum'at kembali kerumah Paman Sukardin bin Wakif . Kegiatan selanjutnya hanya di isi dengan mengobrol dan makan pempek yang dibikin oleh isterinya Arios anak dari Paman Sukardin bin Wakif.
Hari Sabtu 14 Agustus 2010, kembali keperantauan.
Dipagi yang cerah tepat pukul 05.30 WIB kami berangkat dari desa Jiwa Baru menuju kota Prabumulih dengan menggunakan angkutan umum. Tiba di kota Prabumulih pukul 07.00 WIB kami mampir ketoko yang menjual krupuk Palembang, letaknya di jalan utama kota Prabumulih.
Setelah membeli krupuk untuk dijadikan oleh-oleh pulang kampung ke 9 ini, kami langsung menuju ke Stasiun Prabumulih. Penulis menyuruh anak tertua untuk mengantri karcis Kereta Api kelas Bisnis. Sambil menunggu Kereta Api datang dari Stasiun Kertapati Palembang, kami membeli beberapa ikat Nanas.
Menurut jadwal Kereta Api akan memasuki Stasiun Prabumulih, pukul 10.00 WIB. Akan tetapi tepat pukul 11.00 WIB ada pengumuman bahwa kedatangan Kereta Api tertunda, dikarenakan jadwal dari Stasiun Kertapati dirubah. Hal ini terjadi akibat adanya kecelakaan antara Kereta Api Babaraja dengan Kereta Api Rajabasa.
Saat waktu telah menunjukkan pukul 13.30 WIB akhirnya terdengar klakson Kereta Api memasuki Stasiun Prabumulih. Kami naik ke gerbong Kereta Api mencari tempat duduk, ternyata tempat duduknya sudah penuh semuanya. Penulis berdiri dari Stasiun Prabumulih sampai ke Stasiun Peninjauan. Setelah berbasi sedikit menanyakan kepada penumpan yang duduk disebelah yang kosong, penulis bertanya apakah kursi disebelah itu ada penumpangnya? dijawab ada. Penulis agak kecewa sedikit, beberapa saat kemudian penumpang yang kursinya ditinggal dikarenakan dia pergi ke Toilet tadi berbaik hati kepada penulis dan memberikan tempat duduknya. Sungguh mulia hatimu anak muda, bathin penulis berkata. Saat ini pemandangan seperti ini, sudah sangat langka.
Tiba di Stasiun Tanjungkarang waktu telah menunjukkan pukul 22.30 WIB. Perjalanan kembali keperantauan pada kesempatan ini, sungguh sangat melelahkan. Letih badan, penat pikiran akhirnya kondisi penulis sungguh memprihatinkan...