Selasa, 19 April 2011

Pulang kampung ke 6

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


السلام عليكم dan Selamat Sejahtera

      Pulang kampung ke 6 maksudnya sejak penulis menjadi perantau dan tinggal diperantauan Provinsi Lampung, penulis melakukan perjalanan pulang kampung ke desa Jiwa Baru di Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan, pada kesempatan ini merupakan yang ke-enam.
      Setelah 29 tahun lamanya penulis mengikuti orangtua pergi merantau. Keluarga besar penulis saat ini berdomisili di Jalan Pangeran Antasari Nomor : 38 Tanjungkarang timur Kota Bandar Lampung Provinsi Lampun, penulis beserta anak dan iseteri pulang kampung. Misi pulang kampung ke-enam ini adalah ziarah ke Makam Kakek Haji Hasan bin Aliakim. Perjalanan pulang kampung kali ini pun dapat dikatakan perjalanan yang singkat, karena hanya 1 hari. Mungkin tidak tepat jika dikatakan sebagai Pulang kampung, melainkan hanya mampir ke kampung halaman.

      Catatan perjalanan ini merupakan sekelumit cerita, penulis melakukan aktivitas selama melakukan perjalanan pulang kampung pada tahun 1999.

23 Juli 1999, Dari Kota Palembang ke desa Jiwa Baru
      Perjalanan pulang kampung dari Kota Palembang menuju desa Jiwa Baru Kecamatan Lubai, munggunakan kendaraan roda 4 keluaran pabrik Suzuki type minibus. Rombongan kami pulang kampung ke 6 terdiri dari : Kakak Hendra Malwadi dan isteri serta anak-anak, Penulis dan isteri serta anak-anak. Berangkat dari Kota Palembang, pukul 11.00 WIB;
        Kendaraan melaju dengan kecepatan rata-rata 60 kilometer per jam. Tiba di desa Jiwa Baru pukul 12.30 WIB, kami langsung menuju rumah sepupu Kakak Hendra Malwadi yaitu Rawati yang terletak dekat Danau Jambu Humbai. Dirumah Rawati kami santap siang dilanjutkan sholat Zuhur dan beristirahat sejenak.
Berselang beberapa waktu kemudian, kami berziarah kemakam Kakek Haji Hasan bin Aliakim yang terletak dipinggir jalan beraspal dekat kalangan atau pasar seminggu 1x desa Jiwa Baru. Ketika tiba diareal pemakaman ini, penulis tertegun ketika menyaksikan kondisi yang cukup memprihatinkan dikarenakan banyak perdu yang tumbuh liar disana disini. Kondisisi diperparah lagi dengan adanya orang yang berjualan didekat areal pemakaman ini, yang terkadang membuarng sampah sembarangan. Kami bergotong royong membersihkan areal pemakaman ini, lebih kurang 30 menit waktu yang diperlukan.
        Setelah selesai membersihkan areal pemakaman, kami serombongan mampir kerumah Paman Sukardin. Mengobrol sebentar, tidak lama kemudian kami disuguhi Teh dan Pisang Ambon. Kami beberapa saat menghabiskan Teh, selanjutnya pamit. Perjalanan kembali dilanjutkan menuju tempat penulis waktu kecil banyak menghabiskan waktu disitu. Sebuah tempat berdiri pohon Kelapa yang ditanam oleh Ayahanda Muhammad Ibrahim. Pohon Kelapa itu, walaupun tidak pernah di pelihara ternyata masih memberikan buahnya yang sangat banyak. Kami mengambil beberapa buah kelapa yang agak tua dan yang masih muda.     Tanpa disadari waktu telah menunjukkan pukul 16.00 Rabu sore.
        Selesai dari mengambil Kelapa, saatnya penulis dan rombongan untuk kembali ke Palembang. Sebelum kembali ke Palembang kami pamit dulu Rawati sekeluarga. Setelah berperpamitan ke rumah Rawati, maka kami melanjutkan perjalanan, tepat pukul 16.30 WIB. Tiba di kota Palembang, hari sudah malam...
 
Blogged with the Flock Browser

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita 7