Selasa, 19 April 2011

Pulang kampung ke 7


بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

السلام عليكم dan Selamat Sejahtera
Pulang kampung ke 7 maksudnya sejak penulis menjadi perantau dan tinggal diperantauan Provinsi Lampung, penulis melakukan perjalanan pulang kampung ke desa Baru Lubai di Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan, pada kesempatan ini merupakan yang ketujuh.
 

Penulis sekeluarga saat ini berdomisili di Jalan Pangeran Antasari Nomor : 38 Tanjungkarang timur Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung. Misi pulang kampung ketujuh ini adalah menghadiri resepsi Pernikahan anak Haji Efran di desa Jiwa Baru Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.  

Catatan perjalanan ini merupakan sekelumit cerita, penulis melakukan aktivitas selama melakukan perjalanan pulang kampung pada tahun 2007.


 

Hari Sabtu, 14 Juli 2007

      Perjalanan pulang kampung ke 7 ini rombongan terdiri dari : Zikriadi, S.E. dan isteri serta anak-anaknya, Penulis dan isteri. Kami berangkat pukul 07.00 WIB, menggunakan kenadaraan roda 4 keluaran pabrik Daihatsu type Xenia. Laju kendaraan rata-rata kecepatan 70 kilo meter perjam, lalu lintas kendaraan stabil sehingga perjalanan kami tanpa hambatan. 
     Kota kecil dan besar yang kami lewati Natar, Bandar Jaya,  Gunung Sugih,  Kotabumi, Bukit Kemuning, Padang Ratu, Martapura. Tiba di Kota Baturaja, pukul 11.00 WIB kendaraan langsung di parkir depan Rumah makan Siang Malam untuk bersantap siang. Selesai bersantap siang, penulis sholat Zuhur di Musholla  Rumah Makan Siang Malam. Perjalanan dilanjutkan kembaili, pukul 12.30 WIB.
     Tiba di desa Jiwa Baru, Kecamatan Lubai kendaraan langsung diarahkan Zikriadi kerumah  Milnan bin Daud sepupu penulis dan merupakan juga adik iparnya Zikriadi. Selama dirumah Milnan kegiatan yang dilakukan beristirahat, makam pempek dan sebagainya. 

Hari Minggu, 15 Juli 2007
 
       Sang mentari memancarkan sinarnya dari ufuk timur. Geliat kehidupan di desa Jiwa Baru Kecamatan Lubai, mulai nampak. Warga yang berprofesi sebagai  petani Karet, pergi ke kebun mengderes  pohon Karet untuk diambil getahnya dalam bahasa Lubai yaitu Nakok Balam. Kami serombongan pergi menghadiri resepsi pernikahan putra Haji Efran yang dilaksanakan ditengah desa Jiwa Baru Kecamatan Lubai, pukul 09.00 WIB.  
      Prosesi resepsi pernikahan dimulai kedua mempelai pengantin dengan  di-iringi keluarganya menuju tempat kursi pelamin yang posisinya arah sebelah Barat. Saat mempelai menuju kepelaminan ini, musik dari Grup Delvi 2000 Kota Palembang mendendangkan sebuah instrumentalia lagu Gending Sriwijaya. Beberapa penari wanita melengok-lengokan tubunya mengikuti irama lagu Gending Sriwijaya. Tarian masih dilanjutkan walaupun sang mempelai dan orangtua telah duduk ditempat yang telah disedikan. Suatu pemandangan yang sangat berkesan adalah ketika sang pengantin wanita menjadi penari paling sentral untuk mengakhiri Tarian Gending Sriwijaya.

        Acara resepsi pernikahan dibuka oleh Protokol, Sambutan sohibul hajat, Sambutan Kepala Desa Jiwa Baru. Hiburan musik diawali dengan untuk tamu kehormatan Kepala desa Jiwa Baru, Kepala desa Sugih Rawas dan Putra Jiwa Baru yang menjadi tokoh di Palembang (Anggota DPRD), masing-masing diminta untuk menyumbang sebuah lagu  pavoritnya dengan di iringi Grup musik Delvi 2000 kota Palembang.
         Selanjutnya setelah tamu kehormatan menghibur hadirin, dilaksanakan  acara yang paling meriah, paling unik dan paling heboh yaitu acara pelelangan Kue dan Ayam Bakar. Acara lelang ini mirip seperti lelang ikan di tempat pelelangan ikan. Sang pembawa acara memberikan tawaran harga misalnya Rp. 300.000 1x, 2x kepada sifulan dari desa anu, dengan suaru naik turun, tinggi rendah iramanya. Apabila masih ada yang berani menawar harga yang lebih tinggi maka penawaran masih akan berlangsung. Setelah dihitung sebanyak 3x tidak ada lagi yang menawar maka ditetapkan siapa pemenangnya itu. Acara lelang Kue dan Ayam bakar ini berlangsung selama 1 (satu) jam. 
    Suatu tradsi di desa Jiwa Baru Kecataman Lubai, tamu undangan tidak memberikan bingkisan berupa uang di dalam sampul/amplop tetapi melalui acara lelang ini. Uang yang terkumpul lansung disebutnya jumlahnya. Sehingga masyarakat pedesaan dan tamu undangan dapat mengetahui berapa uang yang terkumpul. Sungguh acara yang unik dan heboh dan menyegarkan.
    Tibalah waktunya santap siang pada pukul 12.30 WIB. Sebelum kami pamitan kepada kedua mempelai isteri Zikriadi dan istei penulis menyanyikan sebuah lagu berjudul Terlamat sebuah tembang yang dipopulerkan oleh Idal Laila bersama Orkes Melayu Awara dan penulis menyanyikan sebuah lagu berjudul Tungkripit sebuah tembang yang dipopulerkan oleh Rhoma Irama bersama Orkes Melayu Soneta. 
     Kami berpamitan kepada kedua mempelai dan keluarga, untuk kembali keperantauan kota Bandar Lampung, pukul 13.00 WIB. Kendaraan melaju dengan kecepatan rata-rata 70 kilometer perjam, desa Pagara Gunung, Beringin, Aur, Karang Agung, Lecah, Lubuk Batang, kota Baturaja, Martapura, Padangratu, Bukit Kemuning, Kotabumi, Gunung Sugih, Bandar Jaya, Natar memasuki tugu Raden Intan tepat pukul 20.00 WIB. Tiba kembali dirumah, pukul 20.20 WIB. Suatu perjalanan yang melelahkan namun sungguh menyenangkan...
Blogged with the Flock Browser

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita 7