Selasa, 19 April 2011

Pulang Kampung ke 1


بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

السلام عليكم dan Selamat Sejahtera

Pulang kampung ke 1 maksudnya sejak penulis menjadi perantau dan tinggal diperantauan Provinsi Lampung, penulis melakukan perjalanan pulang kampung ke desa Baru Lubai di Kecamatan Prabumulih Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan, pada kesempatan ini merupakan yang pertama.  
Setelah setahun lamanya penulis mengikuti orangtua pergi merantau ke Sekampung kuning desa Air Naningan Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung, penulis ajak Ayahanda untuk pulang kampung. Misi pulang kampung pertama ini adalah menjemput Kakak perempuan penulis yang tinggal dirumah paman Muhammad Haris bin Wakif di Prabumulih. Rumah paman tidak jauh dari Bioskop Nasional Prabumulih. Selain misi menjemput Kakak perempuan penulis, pada kesempatan pulang kampung kali ini penulis dan Ayahanda membawa alat-lat pertanian yang diperlukan seperti Gergaji besar dan mengambil bibit kopi tanaman kakek Wakif bini Kenaraf di desa Kurungan Jiwa.

Catatan perjalanan ini merupakan sekelumit cerita, penulis melakukan aktivitas selama melakukan perjalanan pulang kampung pada tahun 1972.


10 Juni 1972, Berangkat pulang kampung
  1. Kami berangkat dari desa Air Naningan Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung pukul 09.00 WIB menuju Tanjungkarang menggunakan Angkutan Umum. Tiba di Tanjungkarang hari sudah sore yaitu pukul 16.30 WIB. Jarak tempuh cukup lama ini dikarenakan kondisi jalan yang kurang baik.
  2. Berangkat dari Tanjungkarang menuju Prabumulih,  Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan  pukul 22.00 WIB naik kereta api Kabat yang merupakan kereta barang yang disertai 2 gerbong penumpang. Kereta ini dari Tanjungkarang sampai Baturaja ditarik oleh Lokomotif menggunakan bahan baku Solar dan dari Baturaja sampai Kota Palembang lokomotifnya diganti dengan kereta uap menggunakan bahan bakar Batubara.
 
 Gambar lokomotif Kereta Api uap dimeseum Ambarawa...

11 Juni 1972,  Menginap di Prabumulih
  1. Tiba di Prabumulih Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan  pukul 22.00 WIB, suatu perjalanan yang melelahkan yaitu selama sehari semalam, hal terjadi dikarenakan Kereta Api masih kuno dan banyaknya berhenti disetiap stasiun;
  2. Setelah berjalan kaki dari Stasiun Prabumulih menuju rumah Kakak Biul Burlian, kami sampai di rumah beliau pukul 22.15 WIB. Ayahanda penulis minta izin kepenjaga rumah, isi dialognya sebagai berikut : Bapak darimana dan mau ketemu siapa? Dijawab oleh Ayahan penulis bahwa kami dari Tanjungkarang hendak ketemu Kakak Biul Burlian. Dijelaskan oleh Ayahanda penulis bahwa kalau bukan saudara dekat, tidak mungking sudah larut malam begini berani bertamu kerumah Pasirah Rambang Kapak Tengah II di Prabumulih. Setelah berdialog petugas keamanan dan Ayahanda penulis akhirnya petugas keamanan membangunkan penghuni rumah dan diberitahukan bahwa ada tamu dari Tanjungkarang Provinsi Lampung;
  3. Setelah mandi dan Ayahanda mengobrol sebentar dengan Kakak Biul Burlian kami beristirahat, akhirnya tertidur pulas. 
12 Juni 1972, Melihat rumah
  1. Pagi hari kami pulang kampung ke desa Baru Lubai, untuk melihat kondisi rumah yang telah ditinggalkan merantau selama setahun. Dengan menggunakan Angkutan umum kami menuju desa Baru Lubai pukul 09.30 WIB;
  2. Tiba di desa Baru Lubai pukul 12.30 WIB langsung menuju rumah di desa Baru Lubai. Penulis terdiam sejenak melihat ruang demi ruang tempat penulis dibesarkan dan bermain. Kami selanjutkan mengumpulkan barang barang yang dibutuhkan untuk alat pertanian di desa Air Naningan Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung;
  3. Ketika selesai sholat Maghrib di desa Baru Lubai, kami berangkat menuju stasiun Kereta Api Pagar Gunung menuju Prabumulih, pukul 19.00 WIB;
  4. Berangkat dari Stasiun Pagar Gunung menuju di Prabumulih, pukul  21.00 WIB;
  5. Tiba di Prabumulih telah larut malam, berjalan dari Stiaiun Kereta Api Prabumulih menuju rumah kediaman Paman Muhmmad Haris, tanpa disadari badan terasa capek dan letih. Setelah beristirahat sejenak, lansung mandi dan makan malam akhirnya kami tertidur.
 13 Juni 1972, kembali keperantuan
  1. Berangkat dari Prabumulih menuju Tanjungkarang, pukul 13.30 WIB, kami berangkat naik Kereta Api Kabat alias Kereta barang;
  2. Tiba di Batu Raja, hari telah menjelang senja dan lokomotif Kereta uap segera diganti dengan lokomotif Disel dengan bahan baku solar.
14 Juni 1972, Menginap di Koramil Talang padang
  1. Tiba di Tanjungkarang, pukul 16.30 WIB;
  2. Berangkat dari Tanjungkarang menuju Talang Padang Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung, pukul 17.30 WIB, kami berangkat naik Angkutan umum. Perjalanan dari Tanjungkarang menuju Talang Padang memerlukan waktu 2 jam 30 menit;
  3. Tiba di Talang Padang, pukul 20.00 WIB, untuk meneruskan perjalanan menuju desa Air Naningan kata Ayahanda penulis tidak dapat Angkutan umum yang menuju kesana.
  4. Menginap di Koramil Talang Padang, setelah mencari tempat menumpan menginap tidak ada. Ayahanda penulis menghubungi petugas jaga Koramil Talang Padang, dengan menunjuk identitas diri dan selembar kertas sewaktu beliau ikut berjuang tahun 1945 yang ditanda tangani oleh Sertu Sjarnoebi Sjaid, kami di izinkan untuk menginap disana bahkan disediakan sebuah kamar yang besar. 
15 Juni 1972, tiba kembali diperantauan
  1. Berangkat dari Talang Padang menuju desa Air Naningan, pukul 08.30 WIB;
  2. Tiba di desa Air Naningan, menjelang pukul 11 WIB;
  3. Perjalanan dilanjutkan menuju areal perkebunan kopi keluarga kami, yang terletak di daerah Sekampung kuning...
Blogged with the Flock Browser

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita 7